Minahasa-LBNC–Pengucapan syukur Minahasa merupakan tradisi panen yang dirayakan setiap tahun, yang mempertemukan ritual religi Kristen dan ritual religi tradisional masyarakat Minahasa pra-Kristen.
Ritual-ritual yang sakral maupun yang profan melibatkan makanan yang berlimpah.
Tradisi pengucapan syukur merupakan wujud rasa bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Besar (Opo Empung Wailan Wangko) atas berkat keberhasilan panen.
Terkait makanan dalam tradisi panen ini, nasi jaha yang dimasak dalam bambu dan dodol merupakan makanan yang wajib dihadirkan untuk dimakan di tempat perayaan dan/atau dibawa pulang sebagai oleh-oleh bagi para tamu yang datang.
Artikel ini mendiskusikan bagaimana kuliner tradisional Minahasa, terutama yang dimasak dalam bambu, menjadi salah satu unsur yang membuat tradisi ini tetap bertahan kendati ada kendala-kendala dalam perayaan tahunan. Penelitian ini memperoleh data melalui kajian kepustakaan, wawancara, dan observasi di lapangan yang dilengkapi dokumentasi.
Dalam pantauan media ini di satu rumah warga di desa Simbel kecamatan kakas narat kabupaten Minahasa terlihat antusias tuan rumah dan keluarga telah mempersiapkan bermacam macam rupa yang akan di sodorkan kepada tamu pada besok hari.
Charles Kattang,mengatakaan bahwa apa yang di persiapkan ini semua sering fi lakukan setiap tahun dalam mempetingati hari pengucapan syukur.
,’Ini semua di lakukan untuk para tamu yang akan betkunjung di rumah ,makanya kami siapkan menu menu yang biasa di sediakn setiap tahun.Tutur Charles.(Vec Jem))